Di musim liburan. Biasanya, Yogyakarta menjadi tujuan banyak keluarga untuk berlibur. Dari beberapa obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi, tak ada salahnya menikmati suasana lereng Merapi, baik siang maupun malam hari.
Jarum jam masih menunjuk pukul 05.00, tetapi sosok Gunung Merapi telah tampak begitu jelas. Kabut yang biasanya menyelimuti hilang berganti cuaca cerah. Sinar matahari pun menerobos sela-sela perbukitan kecil yang ada di kaki gunung dan perlahan mulai menghangatkan udara yang sebelumnya dingin menusuk kulit.
Di puncak, asap sulfatara tipis berwarna putih membubung tinggi. Semakin tinggi, asap yang keluar dari sela-sela kubah lava itu kian memudar tertiup angin yang kebetulan berembus ke selatan. Turun sedikit dari puncak gunung berketinggian 2.986 meter dari permukaan laut (dpl) terlihat alur memanjang hulu Kali Gendol dan Kali Woro yang mengarah ke Kabupaten Sleman di Provinsi DI Yogyakarta dan Klaten di Jawa Tengah.
Alur Kali Gendol terkadang masih menjadi jalan luncuran awan panas skala kecil sisa erupsi tahun 2006 yang belum selesai. Demikian pula dengan ceruk bekas longsoran geger boyo juga masih terlihat jelas di antara kepulan asap sulfatara. Geger boyo atau punggung buaya itu sendiri adalah istilah untuk menyebut kubah lava 1906-1911 (sebelum erupsi 2006, geger boyo sempat menjadi penahan guguran lava dan awan panas ke arah selatan).
Agak ke bawah, hamparan material vulkanik yang terdiri atas bebatuan dan pasir;yang turun bersama awan panas 14 Juni tahun itu tampak menyerupai lahan gundul yang warnanya kontras dengan kawasan vegetasi di sekitarnya. Hamparan material itu menyebar luas, bahkan hingga kawasan obyek wisata Kaliadem yang berjarak sekitar empat kilometer dari puncak.
Saat erupsi tahun lalu, Kaliadem menjadi ujung terjauh dari terjangan awan panas. Kerusakan yang ditimbulkan juga cukup besar dengan korban tewas dua orang. Sekarang suasananya sudah jauh berbeda. Aktivitas masyarakat sudah berjalan seperti biasa. Beberapa perempuan setengah baya tampak berjalan kaki sambil membawa keranjang, berangkat mencari rumput hingga ke bukit-bukit kecil yang jaraknya 1 kilometer-2 kilometer. Sesekali celoteh dan tawanya terdengar riuh, berpadu dengan kicauan burung-burung khas Merapi yang tengah bertengger di dahan.
"Warga sini hampir 90 persen mencari rumput saat pagi dan pulang kembali pukul 11.00. Kalau tidak cukup, sorenya mereka akan kembali lagi ke gunung," ujar Mitro (55), warga Kaliadem.
Jarum jam masih menunjuk pukul 05.00, tetapi sosok Gunung Merapi telah tampak begitu jelas. Kabut yang biasanya menyelimuti hilang berganti cuaca cerah. Sinar matahari pun menerobos sela-sela perbukitan kecil yang ada di kaki gunung dan perlahan mulai menghangatkan udara yang sebelumnya dingin menusuk kulit.
Di puncak, asap sulfatara tipis berwarna putih membubung tinggi. Semakin tinggi, asap yang keluar dari sela-sela kubah lava itu kian memudar tertiup angin yang kebetulan berembus ke selatan. Turun sedikit dari puncak gunung berketinggian 2.986 meter dari permukaan laut (dpl) terlihat alur memanjang hulu Kali Gendol dan Kali Woro yang mengarah ke Kabupaten Sleman di Provinsi DI Yogyakarta dan Klaten di Jawa Tengah.
Alur Kali Gendol terkadang masih menjadi jalan luncuran awan panas skala kecil sisa erupsi tahun 2006 yang belum selesai. Demikian pula dengan ceruk bekas longsoran geger boyo juga masih terlihat jelas di antara kepulan asap sulfatara. Geger boyo atau punggung buaya itu sendiri adalah istilah untuk menyebut kubah lava 1906-1911 (sebelum erupsi 2006, geger boyo sempat menjadi penahan guguran lava dan awan panas ke arah selatan).
Agak ke bawah, hamparan material vulkanik yang terdiri atas bebatuan dan pasir;yang turun bersama awan panas 14 Juni tahun itu tampak menyerupai lahan gundul yang warnanya kontras dengan kawasan vegetasi di sekitarnya. Hamparan material itu menyebar luas, bahkan hingga kawasan obyek wisata Kaliadem yang berjarak sekitar empat kilometer dari puncak.
Saat erupsi tahun lalu, Kaliadem menjadi ujung terjauh dari terjangan awan panas. Kerusakan yang ditimbulkan juga cukup besar dengan korban tewas dua orang. Sekarang suasananya sudah jauh berbeda. Aktivitas masyarakat sudah berjalan seperti biasa. Beberapa perempuan setengah baya tampak berjalan kaki sambil membawa keranjang, berangkat mencari rumput hingga ke bukit-bukit kecil yang jaraknya 1 kilometer-2 kilometer. Sesekali celoteh dan tawanya terdengar riuh, berpadu dengan kicauan burung-burung khas Merapi yang tengah bertengger di dahan.
"Warga sini hampir 90 persen mencari rumput saat pagi dan pulang kembali pukul 11.00. Kalau tidak cukup, sorenya mereka akan kembali lagi ke gunung," ujar Mitro (55), warga Kaliadem.
Menarik dikunjungi
Bencana memang telah berlalu meski itu belum berarti kondisinya sudah benar-benar aman. Akan tetapi, wisatawan yang penasaran dengan erupsi masih bisa menjumpai sejumlah "peninggalan" awan panas atau yang biasa disebut masyarakat setempat dengan istilah wedhus gembel. Selain tumpukan material, hal yang cukup menarik adalah bungker tempat perlindungan (tempat kedua korban meninggal akibat temperatur tinggi saat dievakuasi suhu material masih sekitar 400 derajat Celsius). Belasan meter ke arah timur dari bungker, wisatawan bisa melihat sisa-sisa bangunan warung makan dan minuman yang hancur diterjang material. "Awan panas juga menghancurkan beberapa bangunan lain. Dulu di sini ada pendopo besar, Gedung BPPT (Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi), musala, toilet, dan pos keamanan. Semua bangunan itu rata dengan tanah. Yang tersisa tinggal gazebo kecil di tepi Kali Gendol," ujar Sukijo (50), juga warga Kaliadem.
Di sebelah timur warung yang rusak, wisatawan bisa melihat alur Kali Gendol yang cukup lebar dengan kedalaman sekitar 50 meter. Pada musim hujan, Kali Gendol menjadi salah satu bagian paling menarik dari erupsi Merapi. Alur kali yang juga terisi material itu menjadi jalur aliran lahar dingin dari arah hulu.
Percampuran air hujan dan material vulkanik (erupsi sekunder) menimbulkan fenomena alam yang menarik, mulai dari bau belerang menyengat, kepulan asap kecoklatan sebagai hasil reaksi kimia, hingga hujan abu yang turun di sekitar kali.
Memasuki musim kemarau seperti sekarang, fenomena itu jarang dijumpai. Yang ada hanya para penambang pasir.
Pemandangan malam dan alternatif
Menikmati Kaliadem sebenarnya tidak harus dilakukan siang hari. Pada malam hari pun suasananya sangat mendukung. Kalau sabar, pengunjung bisa melihat lelehan lava pijar berwarna merah kekuningan, sangat kontras dengan pekatnya malam.
"Kalau tidak punya waktu yang cukup, wisatawan bisa membeli oleh-oleh berupa foto dokumentasi maupun rekaman cakram video kompak (VCD). Harganya Rp 15.000-Rp 20.000 untuk foto dan Rp 30.000-Rp 50.000 untuk VCD," kata Mitro.
Setelah puas di Kaliadem, wisatawan bisa mencari obyek wisata alternatif lain. Di sekitar Kaliadem terdapat beberapa obyek wisata yang mengandalkan keelokan alam, seperti alur Kali Kuning ataupun bumi perkemahan Wonogondang yang cukup asri.
Di Kali Kuning, wisatawan akan menjumpai hijaunya pepohonan pinus yang tumbuh di sepanjang alur kali. Di sepanjang alur itu terdapat beberapa titik yang memiliki pemandangan bagus dan biasa dipakai untuk kegiatan berbau alam, seperti out bond. Di kawasan ini juga terdapat banyak penginapan yang bisa disewa dengan harga murah, mulai sekitar Rp 30.000 per malam.
Salah satu titik yang menarik di alur Kali Kuning adalah daerah Plunyon. Selain dam, wisatawan dapat melihat aktivitas penambangan pasir secara tradisional. Banyak juga calon pengantin memanfaatkan keberadaan jembatan kecil berikut kondisi alamnya untuk sesi pemotretan.
Wisatawan yang ingin melakukan kegiatan berbau alam secara beramai-ramai juga bisa memanfaatkan Wonogondang yang mempunyai fasilitas cukup lengkap, mulai dari aula, toilet, hingga penerangan listrik.
Jika belum puas, wisatawan bisa melanjutkan perjalanan ke Kaliurang yang berada di sebelah barat Kaliadem. Di tempat ini, wisatawan bisa menikmati keindahan alam sembari beristirahat lebih nyaman karena terdapat lebih dari 200 hotel dan penginapan.
Kaliurang juga memiliki obyek-obyek menarik untuk dikunjungi, antara lain Tlogo Putri yang menyediakan pentas aneka potensi kesenian Sleman dari dangdut, band, keroncong, campursari, jathilan, dan masih banyak lagi.
Museum Ulen Sentalu yang berisi koleksi berbagai batik dan barang-barang dari keraton Yogyakarta dan Surakarta, serta gardu pandang di Pos Pengamatan Gunung Merapi.
Satu hal yang tidak boleh dilupakan, wisatawan juga bisa menikmati lezatnya makanan lokal khas Kaliurang, seperti jadah dan tempe atau tahu bacem. Makanan lain yang juga menarik adalah sate kelinci. Di Kaliurang, wisatawan juga bisa menemukan hotel bernama Vogels. Pengelola yang sekaligus ketua perhimpunan hotel dan penginapan Kaliurang ini memiliki program unik berupa tracking lava tour untuk melihat lava pijar dari dekat, tetapi aman.
"Kami akan mengantarkan wisatawan menuju tempat aman dan melihat lava dari jarak sekitar satu kilometer. Waktu tempuh perjalanan pergi-pulang sekitar lima jam. Berangkat dari hotel pukul 03.00 supaya masih bisa mendapati lava pijar. Kalau siang, lava itu tidak terlihat," ujar Christian Awuy, pemilik Hotel Vogels. Menurut dia, sebagian besar peserta lava tour adalah wisatawan asing. Saat aktivitas Merapi naik beberapa waktu lalu, peserta lava tour banyak diikuti oleh pemburu lava (lava hunter) profesional, seperti Olivier Grunewald, salah satu fotografer dan kontributor majalah National Geographic.
Akses transportasi
Untuk menuju beberapa obyek wisata yang lokasinya paling utara dari Provinsi DI Yogyakarta ini, wisatawan dapat menempuh beberapa cara. Untuk ke Kaliurang, wisatawan bisa menggunakan kendaraan umum ataupun pribadi dengan jarak 27 kilometer dari Yogyakarta. Adapun untuk ke Kaliadem yang berjarak sekitar 35 kilometer lebih baik menggunakan kendaraan pribadi. Angkutan umum hanyalah mobil-mobil kecil yang jumlahnya sangat terbatas. "Angkutan umum tidak sampai ke Kaliadem. Namun, mereka siap mengantar jika ada biaya tambahan," ujar Bambang, warga setempat.
Keuntungan lain bila menggunakan kendaraan pribadi adalah lebih fleksibel. Wisatawan lebih mudah berpindah dari satu obyek ke obyek lain. Apalagi, antara Kaliadem, Kali Kuning, hingga Kaliurang, bisa ditempuh dalam satu rute jika menggunakan kendaraan pribadi.
Bencana memang telah berlalu meski itu belum berarti kondisinya sudah benar-benar aman. Akan tetapi, wisatawan yang penasaran dengan erupsi masih bisa menjumpai sejumlah "peninggalan" awan panas atau yang biasa disebut masyarakat setempat dengan istilah wedhus gembel. Selain tumpukan material, hal yang cukup menarik adalah bungker tempat perlindungan (tempat kedua korban meninggal akibat temperatur tinggi saat dievakuasi suhu material masih sekitar 400 derajat Celsius). Belasan meter ke arah timur dari bungker, wisatawan bisa melihat sisa-sisa bangunan warung makan dan minuman yang hancur diterjang material. "Awan panas juga menghancurkan beberapa bangunan lain. Dulu di sini ada pendopo besar, Gedung BPPT (Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi), musala, toilet, dan pos keamanan. Semua bangunan itu rata dengan tanah. Yang tersisa tinggal gazebo kecil di tepi Kali Gendol," ujar Sukijo (50), juga warga Kaliadem.
Di sebelah timur warung yang rusak, wisatawan bisa melihat alur Kali Gendol yang cukup lebar dengan kedalaman sekitar 50 meter. Pada musim hujan, Kali Gendol menjadi salah satu bagian paling menarik dari erupsi Merapi. Alur kali yang juga terisi material itu menjadi jalur aliran lahar dingin dari arah hulu.
Percampuran air hujan dan material vulkanik (erupsi sekunder) menimbulkan fenomena alam yang menarik, mulai dari bau belerang menyengat, kepulan asap kecoklatan sebagai hasil reaksi kimia, hingga hujan abu yang turun di sekitar kali.
Memasuki musim kemarau seperti sekarang, fenomena itu jarang dijumpai. Yang ada hanya para penambang pasir.
Pemandangan malam dan alternatif
Menikmati Kaliadem sebenarnya tidak harus dilakukan siang hari. Pada malam hari pun suasananya sangat mendukung. Kalau sabar, pengunjung bisa melihat lelehan lava pijar berwarna merah kekuningan, sangat kontras dengan pekatnya malam.
"Kalau tidak punya waktu yang cukup, wisatawan bisa membeli oleh-oleh berupa foto dokumentasi maupun rekaman cakram video kompak (VCD). Harganya Rp 15.000-Rp 20.000 untuk foto dan Rp 30.000-Rp 50.000 untuk VCD," kata Mitro.
Setelah puas di Kaliadem, wisatawan bisa mencari obyek wisata alternatif lain. Di sekitar Kaliadem terdapat beberapa obyek wisata yang mengandalkan keelokan alam, seperti alur Kali Kuning ataupun bumi perkemahan Wonogondang yang cukup asri.
Di Kali Kuning, wisatawan akan menjumpai hijaunya pepohonan pinus yang tumbuh di sepanjang alur kali. Di sepanjang alur itu terdapat beberapa titik yang memiliki pemandangan bagus dan biasa dipakai untuk kegiatan berbau alam, seperti out bond. Di kawasan ini juga terdapat banyak penginapan yang bisa disewa dengan harga murah, mulai sekitar Rp 30.000 per malam.
Salah satu titik yang menarik di alur Kali Kuning adalah daerah Plunyon. Selain dam, wisatawan dapat melihat aktivitas penambangan pasir secara tradisional. Banyak juga calon pengantin memanfaatkan keberadaan jembatan kecil berikut kondisi alamnya untuk sesi pemotretan.
Wisatawan yang ingin melakukan kegiatan berbau alam secara beramai-ramai juga bisa memanfaatkan Wonogondang yang mempunyai fasilitas cukup lengkap, mulai dari aula, toilet, hingga penerangan listrik.
Jika belum puas, wisatawan bisa melanjutkan perjalanan ke Kaliurang yang berada di sebelah barat Kaliadem. Di tempat ini, wisatawan bisa menikmati keindahan alam sembari beristirahat lebih nyaman karena terdapat lebih dari 200 hotel dan penginapan.
Kaliurang juga memiliki obyek-obyek menarik untuk dikunjungi, antara lain Tlogo Putri yang menyediakan pentas aneka potensi kesenian Sleman dari dangdut, band, keroncong, campursari, jathilan, dan masih banyak lagi.
Museum Ulen Sentalu yang berisi koleksi berbagai batik dan barang-barang dari keraton Yogyakarta dan Surakarta, serta gardu pandang di Pos Pengamatan Gunung Merapi.
Satu hal yang tidak boleh dilupakan, wisatawan juga bisa menikmati lezatnya makanan lokal khas Kaliurang, seperti jadah dan tempe atau tahu bacem. Makanan lain yang juga menarik adalah sate kelinci. Di Kaliurang, wisatawan juga bisa menemukan hotel bernama Vogels. Pengelola yang sekaligus ketua perhimpunan hotel dan penginapan Kaliurang ini memiliki program unik berupa tracking lava tour untuk melihat lava pijar dari dekat, tetapi aman.
"Kami akan mengantarkan wisatawan menuju tempat aman dan melihat lava dari jarak sekitar satu kilometer. Waktu tempuh perjalanan pergi-pulang sekitar lima jam. Berangkat dari hotel pukul 03.00 supaya masih bisa mendapati lava pijar. Kalau siang, lava itu tidak terlihat," ujar Christian Awuy, pemilik Hotel Vogels. Menurut dia, sebagian besar peserta lava tour adalah wisatawan asing. Saat aktivitas Merapi naik beberapa waktu lalu, peserta lava tour banyak diikuti oleh pemburu lava (lava hunter) profesional, seperti Olivier Grunewald, salah satu fotografer dan kontributor majalah National Geographic.
Akses transportasi
Untuk menuju beberapa obyek wisata yang lokasinya paling utara dari Provinsi DI Yogyakarta ini, wisatawan dapat menempuh beberapa cara. Untuk ke Kaliurang, wisatawan bisa menggunakan kendaraan umum ataupun pribadi dengan jarak 27 kilometer dari Yogyakarta. Adapun untuk ke Kaliadem yang berjarak sekitar 35 kilometer lebih baik menggunakan kendaraan pribadi. Angkutan umum hanyalah mobil-mobil kecil yang jumlahnya sangat terbatas. "Angkutan umum tidak sampai ke Kaliadem. Namun, mereka siap mengantar jika ada biaya tambahan," ujar Bambang, warga setempat.
Keuntungan lain bila menggunakan kendaraan pribadi adalah lebih fleksibel. Wisatawan lebih mudah berpindah dari satu obyek ke obyek lain. Apalagi, antara Kaliadem, Kali Kuning, hingga Kaliurang, bisa ditempuh dalam satu rute jika menggunakan kendaraan pribadi.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !